Kamis, 07 November 2019

MASUKNYA ISLAM KE NUSANTARA



MASUKNYA ISLAM KE  INDONESIA
       Oleh : Mat Solikhin

I.      PENDAHULUAN
Sejak zaman prasejarah penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang tangguh, sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad Masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di dataran Asia Tenggara. Wilayah barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak zaman dahulu merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian. Terutama karena hasil bumi yang dijual di sana menarik bagi para pedagang dan menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan India sampai kepulauan Indonesia.  Para penyebar agama Islam berasal dari  muslim asal Arab,  Persia dan India.  Utuk kesempatan ini kami akan membahas masuknya agama Islam ke Nusantara atau ke Indonesia. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan di bawah ini.

A.    Sejarah Masuknya Islam di Indonesia
Cikal bakal agama Islam di Indonesia di mulai atau dirintis pada abad 1-5H / 7-8M. ada pula teori yang mengatakan  bahwa  Islam baru muncul  abad ke-13 M dari Gujarat dengan ditemukannya makam Malik As-saleh, raja pertama kerajaan Samudra Pasai, yang dikemukakan oleh Snouck Hurgronje. Sedangkan  yang berpendapat sudah sejak abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 Masehi, antara lain dikemukakan Prof. HAMKA, beliau berpendapat Islam masuk ke Indonesia sejak abad 7 M melalui selat Malaka,  pendapat sama juga dikemukakan oleh W.P. Groeneveldt, Syaikh Muhammad Naguib Al-Attas,  Fatimi, Uka Tjandrasasmita dll.[1] . Untuk menjembatani  dua pendapat tersebut, sejarawan Taufik Abdillah berkomentar bahwa pada abad ke 7 Islam baru masuk ke Indonesia, sedangkan pada abad ke 13 M Islam mulai berkembang di Indonesia.
Kedatangan Islam awalnya melalui perdagangan Internasional dan penyebaran atau penyampaiannya secara lebih mendalam oleh para da’i dan para wali (Di Jawa Wali Sanga) yang berasal dari luar atau dari Indonesia sendiri. Waktu kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia melalui beberapa fase dan yang abad ke-7 M. baru di bagian Barat Indonesia saja, Penyebaran Islam di Indonesia bahkan di wilayah Asia Tenggara berjalan dengan damai sesuai dengan prinsip-prinsip konsep Islam. Proses Islamisasi melalui berbagai jalur : Perdagangan, Pernikahan, Memasuki birokrasi, Sufisme, Pendidikan (Pesantren), Kesenian.[2]
     Tetapi semuanya tenggelam dalam hegemoni maritime Sriwijaya yang berpusat di      Palembang dan kerajaan Hindu-Budha seperti Singasari dan Majapahit di Jawa Timur. Masuknya Islam ke daerah-daerah di Indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan. Di samping itu, keadaan politik dan sosial budaya daerah-daerah ketika didatangi Islam berlainan.
Pada abad ke-10, kerajaan Sriwijaya meluaskan kekuasaannya ke daerah semenanjung Malaka sampai Kedah. Hal itu dilakukan untuk menguasai selat Malaka yang merupakan kunci pelayaran dan perdagangan internasional. Ketika orang-orang muslim datang belum memperlihatkan dampak-dampak politik, karena tujuan mereka hanya untuk pelayaran dan perdagangan. Keterlibatan orang Islam dalam bidang politik baru terlihat pada abad ke-19 M, ketika mereka terlibat dalam pemberontakan petani-petani Cina terhadap kekuasaan T’ang pada masa pemerintahan Kaisar Hi-Tsung (878-889M). akibatnya banyak kaum muslim yang dibunuh dan sebagian lari ke Kedah. Kerajaan Sriwijaya pada saat itu memang melindungi kaum muslimin di wilayah kekuasaannya.[3]
Pada akhir abad ke-12 kerajaan ini mulai memasuki masa kemundurannya. Untuk mempertahankan posisi ekonominya, kerajaan Sriwijaya membuat peraturan cukai yang lebih berat pada kapal dagang yang singgah di pelabuhannya. Tetapi usaha itu tidak mendatangkan keuntungan, bahkan sebaliknya karena kapal-kapal dagang itu menyingkir, kemunduran ekonomi itu membawa dampak terhadap perkembangan politik.[4]

B.     Pertumbuhan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia

Menjelang abad ke-13M di Pesisir Aceh sudah ada pemukiman muslim. Persentuhan antara penduduk pribumi dengan pedagang Muslim Arab, Persia dan India memang pertama kali terjadi.[5] 
Berdasarkan berita Tom Pires (1512-1515) dalam semua orientalnya dapat diketahui bahwa daerah di Pesisir Sumatra Utara dan Timur selat Malaka yaitu dari Aceh sampai Palembang sudah banyak terdapat masyarakat dan kerajaan-kerajaan Islam. Akan tetapi menurut berita itu, daerah-daerah yang belum Islam juga masih banyak yaitu Palembang dan daerah-daerah pedalaman Aceh, Sumatra Barat, terutama terjadi sejak Aceh melakukan ekspansi politiknya pada abad ke-17 M.[6] 
       Sementara itu di jawa proses islamisasi sudah sejak abad ke-11 M, meskipun belum meluas terbukti dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik. (475M / 1082H). berita tentang Islam di jawa abad 11 dan 12 M, memang masih sangat langka. Akan tetapi sejak akhir abad ke-13 M dan abad-abad berikutnya terutama ketika Majapahit mencapai puncak kebesarannya. Bukti-bukti adanya proses Islamisasi sudah banyak, dengan ditemukannya beberapa puluh nisan kubur di Troloyo, Triwulan dan Gresik. Bahkan menurut berita Ma-twan tahun 1416M, di pusat Majapahit maupun pesisir, terutama di kota-kota pelabuhan, telah terjadi proses Islamisasi dan sudah pula terbentuk masyarakat muslim.[7] 
       Tom Pires juga menyebutkan bahwa di jawa sudah ada kerajaan yang bercorak Islam. Yaitu Demak dan kerajaan-kerajaan daerah pesisir Utara Jawa Timur, Jawa Tengah dan jawa Barat, disamping masih ada kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu. Melihat makam-makam muslim yang terdapat di situs-situs (petilasan) Majapahit, diketahui bahwa Islam sudah hadir di Ibu Kota Majapahit sejak kerajaan itu mencapai puncaknya. Meskipun demikian lazim dianggap bahsa Islam di jawa pada mulanya menyebar selama periode merosotnya kerajaan Hindu-Budha. Agak belakangan Islam datang menyebar ke pedalaman pulau itu.[8]
       Perkembangan Islam di pulau Jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya posisi Raja Majapahit. Hal itu memberi peluang kepada raja-raja Islam pesisir untuk mengembangkan pusat-pusat kekuasaan yang independen. Di bawah bimbingan spiritual Sunan Kudus, meskipun bukan yang tertua dari Walisongo. Demak akhirnya berhasil menggantikan Majapahit sebagai keraton.Sejak abad ke-14 M, Islam datang ke daerah Maluku raja yang ke-12 Molomotea (1350-1357M) bersahabat karib dengan orang Arab yang memberinya petunjuk dalam pembuatan kapal-kapal tetapi bukan dalam kepercayaan. Menurut Tom Pires orang masuk Islam di Maluku kira-kira tahun 1460-1465 M. Orang-orang Islam datang ke Maluku tidak menghadap kerajaan-kerajaan yang sedang mengalami perpecahan sebagaimana halnya di Jawa mereka datang dan menyebarkan agama Islam melalui perdagangan, dakwah dan perkawinan.[9] 
      Kalimantan Timur pertama kali di-Islamkan oleh Datok Ri-Bandang dan Tunggang Parangan terjadi sekitar 1575di Sulawesi terutama bagian selatan, sejak abad ke-15M sudah didatangi pedagang muslim. Pada abad ke-16 di daerah Gowa, sebuah kerajaan terkenal di daerah itu telah terdapat masyarakat muslim. Di Gowa dan Tallo raja-raja masuk Islam secara resmi pada tanggal 22 September 1605M.Proses Islamisasi pada taraf pertama di kerajaan Gowa dilakukan dengan cara damai oleh Dato’ Ribandang dan Dato’ Sulaiman keduanya memberikan ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat dan raja. Setelah resmi memeluk agama Islam, Gowa melancarkan perang terhadap Soppeng, Wajo dan Bone. Kerajaan tersebut pun masuk Islam proses Islamisasi memang tidak berhenti sampai berdirinya kerajaan-kerajaan Islam, tapi terus berlangsung intensif dengan berbagai cara dan saluran.[10]

C.     Saluran Dan Cara Islamisasi di Indonesia
        Proses masuknya Islam di Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir utara. Dalam hal ini yang membawa dan memperkenalkan Islam pada masyarakat Nusantara adalah para Saudagar muslim. Baik yang datang dari Gijarat maupun dari Arab dengan berdagang. Dan hubungan berdagang inilah akhirnya mereka saling mengenal dan terjadilah hubungan yang dinamis. Dalam hal ini dapat dijadikan sebagai momentum yang tepat untuk memperkenalkan Islam dengan damai.[11]
Sejak abad XV kota-kota di dekat pantai baik di Jawa, Sumatra maupun daerah-daerah lain berubah menjadi wilayah yang berpenduduk muslim. Dari uraian di atas jelas bahwa proses masuknya Islam di Nusantara adalah melalui dua jalur, yaitu jalur darat dan laut. Melalui jalur darat Islam dibawa dari Makkah dan Baghdad menuju ke Kabil terus ke Kashmir lalu singgah di Singkiang diteruskan ke Zaitun (Kanton) kemudian ke Semenanjung Malaka. Maka pedagang Muslim meneruskan dakwah ke Brunai tahun 977 M (pada saat itu yang berkuasa adalah sultan Abu Ali).
Kemudian melalui jalur laut, mula-mula Islam disebarkan dari Jeddah menuju Aden (sekarang Yaman) dan sampai di Akhyab (Birma) kemudian dari Birma ini akhirnya Islam sampai ke Nusantara melalui dua jalur yaitu:[12]
a.       Melalui Malaka, Patani, Kanton, (Cina  Selatan), Kucing, Brunai, dan akhirnya di kepulauan Mindanao.
b.      Puerlak, Samudra Pasai, Kutaraja, Lamao, Baru, Padang, Jeparam Gresik, Ujung Pandang, Ternate dan Tidore.  
Para pedagang yang akhirnya menyebarkan agama Islam di Indonesia mengajak masyarakat memeluk agama Islam dengan beberapa cara. Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada enam yaitu:[13]
1.      Saluran Perdagangan
Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan ikut dalam perdagangan, bahkan memiliki kapal dan saham. Para pedagang muslim banyak yang bermukim di pesisir pulau Jawa yang penduduknya ketika itu masih kafir. Mereka berhasil mendirikan masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak muslim menjadi orang Jawa dan Kaya-kaya.
2.      Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial lebih baik dari pada kebanyakan pribumi. Sehingga penduduk pribumi terutama putri-putri bangsawan tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin, mereka di Islamkan duku. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas. Akhirnya timbullah kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan muslim.
3.      Saluran Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan filosofi yang bercampur dengan ajaran  yang sudah dikenal masyarakat Indonesia mereka mahir dalam soal-soal medis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka ada yang mengawini putri-putri bangsawan setempat. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan oleh penduduk pribumi sebelumnya menganut Agama Hindu, sehingga agama itu mudah dimengerti dan diterima.
4.      Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kyai-kyai dan ulama-ulama. Di pesantren atau pondok itu calon ulama, guru agama dan kyai mendapatkan pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang kampung masing-masing atau berdakwah ke tempat tertentu mengajarkan Islam.
5.      Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam pementasan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan Islam.
6.      Saluran Politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Disamping itu baik Nusantara, Jawa, maupun Indonesia bagian demi kepentingan politik kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam itu masuk Islam.
Ada dua faktor yang menyebabkan Indonesia mudah dikenal oleh bangsa-bangsa lain. Khususnya oleh bangsa-bangsa Timur Tengah dan Timur jauh sejak dahulu kala yaitu:[14]
-          Faktor letak geografisnya yang tragis, Indonesia berada di persimpangan jalan raya internasional dari jurusan Timur Tengah menuju Tiongkok, melalui lautan dan jalan menuju benua Amerika dan Australia.
-          Faktor kesuburan tanahnya yang menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup yang dibutuhkan oleh bangsa-bangsa lain yaitu rempah-rempah.
Oleh karena itulah tidak mengherankan jika masuknya Islam di Indonesia ini terjadi tidak jauh dari zaman kelahirannya, harus dibedakan antara datangnya orang Islam yang pertama di Indonesia dengan permulaan penyiaran Islam di Indonesia.
Beberapa pendapat tentang permulaan Islam di Indonesia adalah sebagai berikut bahwa kedatangan Islam pertama di Indonesia tidak identik dengan berdirinya kerajaan Islam pertama di Indonesia. Mengingat bahwa pembawa islam adalah para pedagang bukan misi tentara dan bukan pelarian politik. Lagi pula di Indonesia pada zaman itu sudah ada kerajaan-kerajaan Hindu-Budha yang banyak jumlahnya dan berkekuatan besar. Jadi masa tegang antara kedatangan orang Islam pertama di Indonesia dengan berdirinya Islam pertama adalah sangat lama.

KESIMPULAN

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
*  Menjelang abad ke-13 M pertama kalinya diketahui keberadaan permukiman Muslim, persentuhan antara penduduk pribumi dengan pedagang Muslim Arab, Persia dan India.
*  Proses masuknya Islam di Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah yakni masyarakat sepanjang pesisir utara.
*  Proses masuknya Islam ke Nusantara adalah melalui dua cara yaitu jalur darat dan laut.
*  Saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada enam yaitu saluran perdagangan, saluran perkawinan, saluran tasawuf, saluran pendidikan, saluran kesenian dan saluran politik.
*  Faktor utama yang menyebabkan Indonesia mudah dikenal oleh bangsa-bangsa lain khususnya oleh bangsa Timur Tengah dan Timur jauh sejak dulu kala adalah faktor letak geografisnya yang strategis dan faktor kesuburan tanahnya.

PENUTUP
Demikianlah makalah yang kami susun. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan maupun penjelasannya mohon maaf serta mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.



  Daftar Pustaka


Azyumardi Azra: Jaringan Ulama Timur Tengahdan Kepulauan Nusantara., Mizan, 1994
Harun Yahya. Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia. Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta. 1995. 
Mat Solikin, Sejarah Peradaban Islam. Semarang: Rasail. 2005. 
Yatim, Badri. . Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003. 
Zuhairini dkk. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 1992.  
Prof. HAMKA, Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia.


 



[1] Azyumardi Azra: Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara. Bandung,  Mizan, 1994
[2] Ibid  hlm 15
[3]  Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 194
[4]  Ibid, hal.195
[5] Ibid, hal. 196
[6]  Solikin,, Sejarah Peradaban islam, Semarang, Rasail, 2005, hal. 117
[7] Badri Yatim, Op.Cit, hal. 197
[8] H.M. Solikin, Op.Cit, hal. 118
[9] Badri Yatim, Op.Cit., hal. 199
[10] Ibid, hal. 200
[11] Yahya Harun, Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia, Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 1995, hal. 33
[12] Ibid, hal. 4
[13] Badri Yatim, OP.Cit., hal. 201
[14]  Zuhairini dkk. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 1992, hal. 131

ISLAM NUSANTARA

  Apa yang Dimaksud dengan Islam Nusantara?   Makassar,  NU Online Apa sebenarnya yang dimaksud dengan Islam Nusantara? Pertanyaan ini ...