A. A. LATAR BELAKANG
Arab merupakan negara
yang memiliki keterkaitan sejarah dengan munculnya Islam. Masa sebelum Islam, khususnya kawasan jazirah Arab ini, disebut masa jahiliyyah. Julukan semacam ini terlahir disebabkan
oleh terbelakangnya moral masyarakat Arab khususnya Arab pedalaman (badui) yang
hidup menyatu dengan padang pasir dan area tanah yang gersang. Mereka pada
umumnya hidup berkabilah. Mereka berada dalam lingkungan miskin pengetahuan.
Situasi yang penuh dengan kegelapan dan kebodohan tersebut, mengakibatkan
mereka sesat jalan, tidak menemukan nilai-nilai kemanusiaan, membunuh anak
dengan dalih kemuliaan, memusnahkan kekayaan dengan perjudian, membangkitkan
peperangan dengan alasan harga diri dan kepahlawanan. Suasana semacam ini terus
berlangsung hingga datang Islam di tengah-tengah mereka. Namun demikian, bukan
berarti masyarakat Arab pada waktu itu sama sekali tidak memiliki peradaban.
Bangsa Arab sebelum lahirnya Islam dikenal sebagai bangsa yang sudah memiliki
kemajuan ekonomi. Makkah misalnya pada waktu itu
merupakan kota dagang bertaraf internasional. Hal ini diuntungkan oleh posisinya yang sangat strategis karena terletak di
persimpangan jalan penghubung jalur perdagangan dan jaringan bisnis dari Yaman
ke Syiria. Rentetan
peristiwa yang melatarbelakangi lahirnya Islam merupakan hal yang sangat
penting untuk dikaji. Hal demikian karena tidak ada satu pun peristiwa di dunia
yang terlepas dari konteks historis dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya.
B.
KONDISI MASYARAKAT ARAB PADA
PERIODE KLASIK ( SESUDAH ISLAM)
Menurut Harun Nasution, periode klasik sejarah Islam ini dipilah
menjadi dua. Pertama, 650-1000 M ( Periode ini adalah masa ekspansi, integrasi,
dan keemasan Islam). Dengan demikian, ini merupakan kemajuan Islam I. Kedua,
1000-1250 M (masa disentegrasi). Pada periode itu, muncul dua gerakan keilmuan
dalam sejarah intelektual Islam yakni skolastik dan humaniora.
1.
Masa Kemajuan Islam I (650-1000 M)
Dalam sejarah, umat islam mengalami puncak kemajuan pada periode
klasik (650-1250 M). Dan, puncak kemajuan itu terjadi sekitar tahun 650-1000 M.
Oleh karena itu masa ini disebut masa kemajuan Islam I. Ulama besar yang hidup
pada masa ini tidak sedikit jumlahnya, baik di bidang tafsir, hadits, fiqh,
ilmu kalam, filsafat, tasawuf, sejarah, maupun bidang pengetahuan lainnya.
Periode klasik ini berakhir ketika Baghdad jatuh ke tangan Hulago Khan.[1]
Pada masa kemajuan itu, ditandai dengan peristiwa hijrah Nabi ke
Madinah (16 Juli 622 M). Nabi diutus untuk menyebarkan agama Islam dan
perantaranya adalah Al-Qur’an. Karena pada saat itu masyarakat Jahiliyyah sangat
gandung dengan kesusastraan, maka dari itu Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa
sastra, seperti yang lazim dipakai oleh masyarakatnya. Hal ini didasarkan atas
pertimbangan:
a.
Untuk
menyesuaikan tradisi dengan masyarakatnya
b.
Untuk
menantang mengungguli syair-syair Jahiliyyah
Selama 10 tahun
Rasul tinggal di Madinah, sehingga beliau dan kaum muslimin mendapatkan
kesempatan untuk menaklukkan Makkah dan membebaskan Ka’bah dari berbagai
berhala yang sebelumnya berada disekitarnya. Di Madinah juga Nabi membuat landasan
kuat bagi kehidupan umat Islam yaitu masjid Nabawi, yang merupakan tempat untuk
mempersatu umat.[2]
Nabi wafat di usia 63 tahun pada tahun 632
M/ 11 H. Setelah itu kepemimpinan umat Islam berada di tangan khalifaur
rasyidin.
Khalifah pertama yaitu Abu Bakar ash-Shiddiq (w. 634 M/ 11 H).
Kebijakan pertama yang dilakukannya yaitu memerangi orang-orang murtad dan
golongan yang menolak membayar zakat. Pada masa itu pula ia berhasil
mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu mushaf yang sebelumnya berserakan dalam
berbagai tulisan di pelepah kurma, batu tipis, tulang dan lembaran kain.
Pada saat Abu Bakar sakit, dan
merasa bahwa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat,
kemudian mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah
terjadinya perselisihan dan permusuhan di kalangan umat islam.[3]
Umar bin Khatab (w. 644 M/ 35 H). Beliau melanjutkan
kepemimpinan Islam setelah Abu Bakar. Umar
ketika sudah menjadi Kepala Negara telah mengubah nama kepala negara yang
semula bergelar Khalifah al-Rasul menjadi Amir al-Mu’minin. Umar
melanjutkan perluasan wilayah (Futuhat) ke tiga arah yaitu ke utara menuju
wilayah Syria di bawah pimpinan Abu Ubaidah ibn Jarrah. Dilanjutkan kearah
barat menuju Mesir di bawah pimpinan Amr ibn Ash, dan menuju ke timur ke arah
Irak di bawah pimpinan Surahbil bin Hasanah. Yang ke arah timur selanjutnya
disempurnakan oleh Sa’ad bin Abi Waqqash. Iskandariyah pelabuhan besar Mesir,
Al-Qadisiyah sebuah kota di Irak, Al-Madain ibukota Persia, serta kota Mosul dapat
dikuasai.
Selanjutnya yaitu khalifah Usman bin Affan
(w. 656M/35H), pada masa pemerintahannya ia berhasil menyusun Al-Qur’an dalam
satu bentuk bacaan, yang sebelumnya memiliki banyak versi. Usman meninggal
terbunuh usia 82 tahun ketika ia membaca Al-Qur’an akibat ketidakpuasan
rakyatnya atas kebijakan politiknya yang cenderung nepotisme. Pada masa Ali bin Abi
Tholib (w. 661M/40 H) terjadi berbagai kerusuhan dan kekacauan pasca
terbunuhnya Usman. Ada satu keputusan yang ditetapkan
Ali, yaitu memerangi kelompok pembangkang tersebut yang berujung pada perang
Jamal yang dipimpin oleh Aisyah dan perang Shiffin yang dipimpin oleh
Mu’awiyah.
Pemerintahan Abu Bakar sampai pada Ali
disebut masa khulafaurrasyidin. Setelah itu, beralih menjadi kerajaan
turun temurun. Dinasti pertama didirikan oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan
(w.661M/41H).[4]
Dinasti Basni Umayyah mencapai puncak
kejayaan pada masa Al-Walid (w.715M/96H). Sedangkan, Umar bin Abdul Aziz
(w.720M/101H) adalah seorang khalifah Umayyah yang terkenal dengan ketaqwaan,
kezuhudan, dan kejujurannya. Ia adalah khalifah ketiga setelah Abu Bakar dan
Umar dari Khulafaurrasyidin.
Secara umum masa kekuasaan dinasti Umayah
berlangsung selama 91 tahun. Khalifah-khalifah besar dari dinasti Umayah adalah
Mu’awiyah bin Abi Sufyan (660-680 M)/40-60H), ‘Abd al-Malik bin Marwan
(685-705M/65-86H), al-Walid bin ‘Abd al-Malik(705-715M/86-96H0, Umar bin ‘Abd
Aziz (717-720M/99-101H), Hisyam bin Abd. Al-Malik (724-634 M).[5]
Penyebab keruntuhan dinasti Umayah disebabkan
oleh beberapa faktor. Pertama, sistem pergantian khalifah. Kedua,
figur khalifah yang lemah. Ketiga, banyaknya pemberontakan oleh kaum
khawarij, syiah, Oposisi Abdullah bin Zubair. Keempat, lahirnya kembali
fanatisme kesukuan.[6]
Dinasti Abbasiyah adalah pelanjut dinasti
Umayyah. Pendiri dinasti tersebut adalah Abu al-Abbas al-Saffah (w.754M/136H)
yang didukung oleh kaum Mawali pimpinan Abu Muslim yang berasal dari Khurasan,
yaitu orang muslim non-Arab.
Meskipun al-Saffah disebut sebagai pendiri
Bani Abbasiyah, namun penggantinya Abu Ja’far Al-Mansur (w.776M/158H) yang
harus disebut sebagai Pembina dan peletak dasar dinasti yang sebenarnya.
Dinasti Abbasiyah mencapai puncak kejayaan pada masa Harun Al-Rosyid
(w.809M/193H), perhatiannya lebih banyak di curahkan untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat dan keperluan sosial sampai-sampai kehidupan mewah, kesenangan dan
kebesarannya digambarkan dalam cerita seribu satu malam.
Adapun faktor kemunduran dinasti Abbasiyah
ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal (persoalan politik dan
ekonomi) dan faktor eksternal (perang salib, serangan pasukan Mongol).[7]
Secara umum periode klasik terbagi menjadi
dua. Pertama, pada masa kemajuan dan keemasan Islam yang terjadi mulai tahun
650M sampai tahun 1000M. Sedangkan period kedua adalah masa kemunduran dan
disintegrasi yang dimulai tahun 1000M hingga runtuhnya Baghdad pada tahun 1258 M.
2.
Fase Disentegrasi (1000-1250)
Merupakan
fase pemisahan diri dinasti-dinasti dari kekuasaan pusat, yang dilanjutkan
dengan perebutan kekuasaan antara dinasti-dinasti tersebut untuk menguasai satu
sama lain. Adapun contohnya adalah sebagai berikut:
a.
Dinasti
Buaihi yang menguasai daerah Persia dikalahkan oleh dinasti Saljuk, pimpinan
Tughril Beg (1076 M).
b.
Dinasti
Saljuk sewaktu dipimpin Nizamul Mulk dikalahkan oleh Dinasti Hasysyasin,
pimpinan Hasan bin Sabah. Meskipun dinasti Saljuk masih sempat berdiri, tetapi
akhirnya dikalahkan total pada Perang Salib oleh Paus Urban (1096-1099 M).[8]
C.
Pengaruh Ajaran Islam terhadap Bangsa Arab
Pengaruh ajaran Islam terhadap bangsa Arab terbagi menjadi dua periode,
yaitu periode Mekkah dan periode Madinah.
a) Islam Periode Mekkah
Pada periode Makkah, Nabi Muhammad saw lebih menitikberatkan
pembinaan moral dan akhlak serta tauhid kepada masyarakat Arab yang bermukim di
Makkah. Menurut catatan sejarah bahwa sebelum agama Islam datang masyarakat
Mekkah merupakan penyembah berhala, terdapat sekitar 360 patung berhala,
kepercayaan lain yakni menyembah api (zoroaster), penyembah binatang dan
langit, penganut Yahudi juga ada. Zaman sebelum datangnya Islam disebut Zaman
Jahiliyah.1 Kehidupan yang sangat getir dan keras ditengah gurun pasir
menyebabkan orang arab masa itu mempunyai akhlak yang buruk, diantaranya :
a. Memandang rendah derajat manusia, membunuh bayi-bayi perempuan
yang baru lahir karena takut akan mendatangkan aib bagi keluarga serta takut
kelaparan.
b. Suka meninum khamr.
c. Suka berjudi, mengundi nasib, merampok dan menghalalkan segala
cara untuk mewujudkan keinginan.
d. Menyembah berhala yang diletakkan disetiap rumah dan sudut kota.
e. Suka peperangan dan perselisihan.
Awalnya agama Islam hanya berkembang di daerah Mekkah, yang kemudian mulai
berkembang meluas hingga ke daerah Madinnah, walaupun dengan cara sembunyi-
sembunyi dan mendapat tantangan dari beberapa pihak yang tidak menyetujui
masuknya Islam di Arab. Sehingga timbul berbagai perlawanan terhadap nabi
Muhammad saw. sehingga nabi Muhammad lebih memilih hijrah kedaerah
Madinnah(Yastrib) sehingga agama Islam menyebar hingga daerah Madinah dan
sekitarnya.
b) Islam Periode Madinah
Agama Islam mulai berkembang di Madinnah setelah nabi Muhammad hijrah dari
Mekkah ke Madinnah, dan agama Islam mulai diterima oleh masyarakat Madinnah,
dan kota Madinnah menjadi kota Islam pertama kali setelah masuknya pengaruh
agama Islam di Arab. Setelah dirasa tugasnya sudah selesai sebagai rasul Allah,
nabi Muhammad pun wafat di Madinnah pada 632 M dan dimakamkan di Madinnah (di
Ka’bah), sehingga perjuangan untuk mewartakan pengaruh Agama Islam dilanjutkan
oleh para Khalifah- khalifah (Wakil Pengganti) Rasul Allah yang hanya dapat
menggantikan dalam mengatur hidup menurut Islam yang disebut Kekhalifahan.
Diantara perubahan yang terjadi dibawah kepemimpinan Rasulallah SAW
di madinah antara lain sebagai berikut:
a.
Segi Agama
Dari
segi agama, bangsa Arab yang semula menyembah berhala berubah menganut agama
Islam yang setia.
b.
Segi Kemasyarakatan (Sosial)
Di
samping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, agama
juga mementingkan soal pembentukan masyarakat. [9]Dari
segi kemasyarakatan, semula bangsa Arab yang semua masyarakatnya tidak mengenal
perimanusiaan, misalnya mereka saling membunuh, tidak menghargai martabat
wanita, mereka berubah menjadi bangsa yang disiplin, respektif terhadap wanita
dan perbudakan.
c.
Segi Politik
Dari
segi politik, masyarakat Arab tidak lagi menjadi bangsa yang cerai berai karena
kesukuan, tetapi berkat ajaran Islam, berubah menjadi bangsa yang besar bersatu
dibawah bendera Islam, sehingga dalam tempo yang relatif singkat bangsa Arab
menjadi bangsa besar yang dikagumi oleh bangsa lain.[10]
Dapat
disimpulkan bahwa pengaruh ajaran Islam terhadap Bangsa Arab adalah sebagai
berikut:
1.
Yang
semula menyembah berhala berubah menjadi monotheis atau Tauhid yaitu hanya
Allah satu- satunya Tuhan di dunia ini.
2.
Bangsa
Arab yang dulunya nomaden, berubah menjadi masyarakat yang hidup menetap dan
mengembangkan kemampuannya dalam bernegara dan bermasyarakat dengan baik.
PENUTUP
Simpulan
Pengaruh ajaran Islam terhadap bangsa Arab terbagi
menjadi dua periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah.
a) Islam Periode Mekkah
Pada periode
Makkah, Nabi Muhammad saw lebih menitikberatkan pembinaan moral dan akhlak
serta tauhid kepada masyarakat Arab yang bermukim di Makkah. Menurut catatan
sejarah bahwa sebelum agama Islam datang masyarakat Mekkah merupakan penyembah
berhala.
b)
Periode
Madinah
Dari
segi agama, bangsa Arab yang semula menyembah berhala berubah menganut agama
Islam yang setia. Di samping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah, agama juga mementingkan soal pembentukan masyarakat. Dari segi
kemasyarakatan, semula bangsa Arab yang semua masyarakatnya tidak mengenal
perimanusiaan, misalnya mereka saling membunuh, tidak menghargai martabat
wanita, mereka berubah menjadi bangsa yang disiplin, respektif terhadap wanita
dan perbudakan. Dari segi politik, masyarakat Arab tidak lagi menjadi bangsa
yang cerai berai karena kesukuan, tetapi berkat ajaran Islam, berubah menjadi
bangsa yang besar bersatu dibawah bendera Islam, sehingga dalam tempo yang
relatif singkat bangsa Arab menjadi bangsa besar yang dikagumi oleh bangsa
lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Aizid, Rizem.2003.Sejarah
Peradaban Islam Terlengkap Periode Klasik, Pertengahan, dan Modern.Yogyakarta:
UIN Sunan Kalijaga.
Syaefuddin, Mahfudz
dkk, 2013. Dinamika Peradaban Islam.Yogyakarta: Pustaka Ilmu Yogyakarta.
Fuadi, Imam.
2011. Sejarah Peradaban Islam.Yogyakarta: Sukses .
Adlan, Abd.
Jabbar.2010.Sejarah dan Pembaharuan Islam.Surabaya: Sunan Ampel Press.
Yatim, Badri
.1995.Sejarah Peradaban Islam.Jakarta: PT Raja Gafindo Persada.
[1]
Rizem Aizid,
Sejarah Peradaban Islam Terlengkap Periode Klasik, Pertengahan, dan Modern,
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2003), hlm. 92.
[2] Mahfudz
Syaefuddin, dkk, Dinamika Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu
Yogyakarta, 2013), hlm. 17.
[3] Imam Fuadi, Sejarah
Peradaban Islam, (Yogyakarta: Sukses Offset, 2011), hlm. 34.
[4] Abd. Jabbar
Adlan, Sejarah dan Pembaharuan Islam, (Surabaya: Sunan Ampel Press, 2010), hlm
138.
[5]
Rizem Aizid,
Sejarah Peradaban Islam Terlengkap Periode Klasik, Pertengahan, dan Modern,
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2003), hlm. 95.
[6]
Imam Fuadi, Sejarah
Peradaban Islam, (Yogyakarta: Sukses Offset, 2011), hlm. 89-94.
[7]
Imam Fuadi, Sejarah
Peradaban Islam, (Yogyakarta: Sukses Offset, 2011), hlm. 142-152.
[8]
Rizem Aizid,
Sejarah Peradaban Islam Terlengkap Periode Klasik, Pertengahan, dan Modern,
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2003), hlm. 96.
[9] Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Gafindo Persada, 1995)
hlm. 41
[10]
Mahfudz
Syaefuddin, dkk, Dinamika Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu
Yogyakarta, 2013), hlm. 20.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar